“Ring.. ring.. “ telefon di
meja gue berbunyi.
Gue :
“Hallo.. hallo... “
Hening sekejap, lalu ada suara
seorang wanita membentak “INI NIH, NOMONGLAH SENDIRI”. Memerintahkan seseorang
untuk bicara dengan gue.
Lalu seorang laki-laki tertatih-tatih bicara “Halloo... Jessy... ini Pak Memet.. “
Lalu seorang laki-laki tertatih-tatih bicara “Halloo... Jessy... ini Pak Memet.. “
Gue : Ooo
bapak, ada apa pak?
Pak Memet : “ Bapak mau
minta tolong Jess, tolong buatkan surat jaminan berobat ke rumah sakit X, bapak mau berobat jess..”
suaranya bergetar dan sumpah
kalau loe yang dengar pasti meneteskan air mata. Kayak suara orang yang lagi di
injek gajah. Ngiikk.. Ekk..Kasihan bingit.
Gue : “Iya
pak, nanti suratnya siapa yang ambil?”
Pak Memet : “Tolong Jessi
kasih ke Hanafi, nanti dia yang anter ke rumah bapak, tolong ya Jess..”.
Gue : “Iya
pak”.
Pak Memet, dia adalah sorang
pegawai pensiunan. Mengidap komplikasi penyakit. Salah satunya adalah Diabetes.
Beberapa minggu yang lalu beliau dirawat inap selama sebulan di rumah sakit
karena kaki kirinya harus diamputasi, dan tagihan yang ditagihkan ke perusahaan
hampir 90 juta.
Jujur gue kasian bingit dengan
Perusahaan. Bayangkan, 90 juta bisa menggaji berapa puluh pegawai di kantor gue.
Sedangkan beliau hanyalah seorang pegawai pensiunan yang sudah nggak memberikan
kontribusi lagi buat perusahaan. Well, memang dulu saat masih bekerja beliau memberikan kontribusi buat perusahaan. Tapi.. gue pernah mendengar track record
yang jelek tentang dia buat perusahaan, seperti korupsi, nerima uang suap dari
rekanan, mempermainkan perobatan dengan nagihin kuitansi berobat palsu.
Yah mungkin karena itu gue
jadi nggak sebegitu kasihan dengan keadaannya sekarang. However peraturan di
perusahaan gue tetap menanggung 100% pengobatan pegawai pensiunan.
Saat surat jaminan berobat gue
kasih ke Hanafi (salah seorang cleaning service).
Hanafi : “Bapak itu nggak ada minta tolong dengan saya mbak”.
Gue bingung...
Gue : “Nah terus gue kasih ke siapa donk? Tadi bapaknya bilang
titip ke Mas Hanafi?”.
Dia juga bingung.
Hanafi bersikeras nggak mau
ngasihin tuh surat ke pak Memet. Anak CS lain gue suruh nggak ada yang mau.
Sumpah gue bingung. Untuk menghubungi nomor pak Memet, nggak aktif. Yah
sudahlah akhirnya tuh surat gue letakkan aja diatas meja gue. Paling juga nanti
ada pihak keluarga yang ngambil.
Sehari.. dua hari gue tungguin
tuh surat masih tetap nggak ada yang ambil. Akhirnya gue ceritain ke rekan
kerja gue mbak Berty. Dari dia gue dapat banyak cerita.
Tentang anak CS yang nggak mau
dimintain tolong ngasihin surat jaminan berobat karena mereka udah kapok ketemu
tuh bapak. Pernah saat ketemu tuh bapak malah dimintain uang, minta dibeliin ini itu kayak mie
ayam, rokok, ongkos ojek dan banyak dah. Ya walaupun hanya itu, tapi kan bagi
mereka uang sangat berarti lah, berapalah gaji yang mereka terima sebagai CS.
Mbak Berti aja saat ngebesuk
dimintain beli tongkat 400.000, - untung si Mbak baek.
Tentang keluarganya, tuh bapak
punya 3 istri. Sekarang yang ngurusin dia adalah istri ke tiga. Dua istri
sebelumnya diceraikan. Anak dari istri pertama dan ke dua sudah nggak mau lagi
ngurusin si bapak. Karena kesal dengan kelakuannya kepada ibu-ibu mereka.
Udah
nggak ngasih nafkah, suka main perempuan, ah.. paket kumplitlah. Mana istri ke
tiga ini ceritanya jahat bingit, hanya ingin hartanya dan suka menganiaya si
bapak.
Uang pensiunan 400.000.000,- an habis sia-sia oleh istri ke tiganya. Dan
sekarang saat si bapak sudah terbaring sakit eh si istri ke tiga malah nggak ngurusin. Kasian juga sih.
in the other side pasti lu berfikir nih bapak pasti guanteng, karena bisa dapat 3 istri. Kenyataannya Nggak sama sekali. He looks like a Pig instead. Sorry.. terlalu jujur. Ahahaha... walau begitu buanyak wanita-wanita cantik jatuh cinta. because of his Money and Jimat Lada hitam.
Kalau tuh jimat dilemparkan ke wanita yang dia suka dengan dibacakan aji-ajiannya, sang wanita langsung kelepek-kelepek dan langsung nempel. yah... semacam pelet lah.
***
Besoknya gue dihubungi oleh
pihak rumah sakit, menanyakan tentang beberapa perawatan yang boleh dan tidak
dilakukan oleh rumah sakit. Dari pihak rumah sakit yang menghubungi inilah gue
tau keadaan si bapak saat ini. Katanya kondisi pak Memet sudah sangat
mengenaskan sekali. Kaki sebelahnya yang belum diamputasi sudah mulai membusuk dan menimbulkan bau yang sangat nggak sedap. Dokternya pun bilang,
ngurusin bapak ini sama seperti ngurusin binatang. Gosh...
Well, dari cerita pak Memet
gue manarik kesimpulan. Kalau KARMA Itu ada. Yah.. walaupun dalam Islam Karma
itu nggak ada. But i belefe it there.
Sekarang beliau diberi cobaan
berat oleh tuhan, disulitkan matinya.
Di dunia aja udah disiksa
seperti itu yak.. apalagi nanti diakhirat. Gue berharap masih ada amal baik
yang dilakukan oleh bapak ini saat didunia, sehingga bisa meringankan siksaannya
diakhirat nanti. Even just a little.
Mungkin dalam Islam karma itu
adalah hukum sebab akibat. Kalau kita melakukan hal baik akan dibalas kebaikan
oleh Allah. Begitupun sebaliknya. Pernah gue mendengar cerita dan sedikit nasihat
dari seorang motivator ibu Tami Utanti. Beliau adalah seorang motivator di
perusahaan gue, penghasilannya saja bisa mencapai ratusan juta hanya dalam 4
hari.
Penampilan bu Tami sangat
nyentrik buanget. Dalam ruangan saja beliau memakai topi pantai, sepatu boat
tinggi. Dari penampilannya nggak nyangka kalau beliau memiliki hati yang sangat
mulia. Ibu Tami ini punya beberapa panti asuhan anak dibawah 15 tahun dan
berapa panti jompo dengan ratusan jomponya.
Pernah dalam suatu acara
dengan bangganya beliau menceritakan tentang kesuksesan anaknya. Dalam usia 19
tahun anaknya sudah lulus kuliah kedokteran di UGM. Dahulu sebelum memutuskan
kuliah di FKUGM, anaknya ditawari kuliah tanpa test di FK UI dan di ITB. Anaknya
memilih UGM karena saat masuk dia harus test.
Bahasa inggrisnya excelent,
sampai-sampai sering dimintai tolong oleh beberapa Menteri untuk menterjemahkan
teks bahasa inggis ke bahasa indonesia.
Ibu Tami bilang, “Saya lebih
bangga ngomongin kesuksesan anak saya dibandingkan dengan kesuksesan saya
dengan gaji sekian ratus juta dalam beberapa hari”. Wuihh...
“Sekarang saya tanya
bapak-bapak yang ada di sini (menanyakan audience) mau nggak bapak punya anak
seperti anak saya?”.
Sentak semua audience menjawab
“MAU...”.
“Bapak tahu apa rahasianya
agar bisa punya anak seperti itu? Jawabannya hanya satu... beri dia makan
makanan yang halal. Itu saja”.
Deg sleb... dalem. Apalagi
hampir semua audience disitu adalah rombongan manajer se-sumatera yang yah..
pastinya buanyak ditawari suap dari pihak lain.
Yang terjadi pada ibu tami
juga KARMA. Iya, Karma. Tapi karma yang baik. Sebab yang baik, dengan akbiat
yang baik pula.
Dari Ibu Tami gue ambil
pengen suatu saat nanti gue punya anak, gue bakal menghidupi dia dengan
uang halal. Sumpah.. beliau panutan banget. Namun harus dimulai dari diri gue
juga. Gue juga harus makan dengan uang halal juga, menghidupi diri gue dengan
uang halal juga, sampai akhirnya gue menikah akan menuai keturunan anak-anak
yang sukses seperti anaknya bu Tami. Amin...
Nyokap gue bilang, kehidupan
itu tergantung dari niat kita mengawalinya. Kalau diawali dengan hal yang baik
maka kehidupan akan berjalan baik juga. Begitupun sebaliknya.
Gue yang sering ngeluh dengan
pekerjaan yang super numpuk, dengan penghasilan hanya seper sekiannya pegawai
senior yang kerjanya nggak seberapa. Gue harus ikhlas...
Sekarang tentang bukan
seberapa banyak yang perusahaan kasih buat gue tapi seberapa banyak yang gue
kasih buat perusahaan. Kerja keras, ikhlas dan rezeki pun akan ngikut.
Well guys, gue ngajak kalian
nih buat bekerja dengan baik, makan dari hasil keringat kita sendiri, jangan
makan gaji buta, jangan makan hak orang, jangan merugikan orang lain, jangan
korupsi walau hanya korupsi waktu. Karena karma itu akan datang. Kalau bukan
sekarang, suatu saat tanpa kita sadari dia pasti datang. Mungkin disaat akhir
kehidupan kita.
Be Aware...


