Wew jangan sampai donk... finansial erat kaitannya dengn kekayaan. Semakin banyak Rezeki finansial seseorang amak akan semakin kaya orang tersebut. Iya kan?, namun TIDAK kata orang bijak. Katanya nih, "Kekayaan itu bukan seberapa besar uang yang kita dapatkan namun seberapa besar uang yang kita simpan". Lets think, Misal:
1. Si A, dengan penghasilan tiap bulan Rp. 10.000.000,- dengan gaya hidup Borjuis, borosnya selangit, gadgednya super canggih, pakaian branded, makan selalu di tempat mewah, tamasya keliling dunia. Semua keinginannya selalu dipenuhi, namun,,, tidak ada yang dia simpan. Kurang-kurang malah ngutang pake kartu kredit.
2. Si B dengan penghasilan Rp. 3.000.000,- tiap bulan, hidup dengan kesederhanaan, gadged sebutuhnya, pakaian gak branded yang penting rapi, makan seadanya, have fun paling cuma ke kebun binatang itupun setahun sekali, he... namun bisa menyisihkan setengah dari penghasilannya, bahkan nggak hanya dikumpulkan, malah bisa diinvestasikan.
Coba setahun mendatang, berapa Rp yang bisa dikumpulkan si A dan si B. Kekayaan si A ZERO bahkan Minus, dan kekayaan si B akan terus bertambah. Apa kabar si A dan B 5 atau 10 tahun kedepan?. Wel, dari kejadian tadi gue mengambil kesimpulan bahwa "Sikap hidup memiliki hubungan erat dengan kesuksesan seseorang".
Dari blog Mas Alit, gue membaca petikan "Calon Orang Yang Sukses adalah Orang Yang Mau Menunda Kesenangannya".
Yups, Gue setuju buanget. Jujur, saat ini gue pengen banget menjelajahi tempat eksotis di Indonesia, apalagi jalan-jalan ke Luar Negeri. Kalau ngelihat foto teman-teman yang selalu ngeshare di media sosial rasanya "Kapaaannnn gue bisa menikmati hidup speerti mereka?".
Bagaimana dengan Gue?. Basicly, gue ini boros buanget, masih ingin ini itu, beli ini itu. Gue masih butuh banyak belajar mengenai pengelolaan keuangan dan cara pandang terhadap uang.
But wait...
hidup bukan hanya saat ini saja, masih banyak perjalanan yang harus
dilalui. Pilihannya mau happy di ending atau sad di ending? (karena
penghasilan gue terbatas). Tentunya donk gue pengen happy ending. Kalau
begitu back to kata pepatah : "Berakit-rakit ke hulu berenang renang
ketepian".
Mulailah gue
menyusun segala kebutuhan yang paling primer yang kudu gue penuhi. Peringkat
teratas adalah “Rumah”. Kenapa harus rumah? Toh kan masih lajang? "Nanti
kalau nikah gimana, Suaminya enak aja tinggal masuk".
Awalnya gue
emank mikir gitu, namun.... berhubung jodoh gue belum bisa diprediksi kapan
datangnya hahahaha..... Nah kalau gue tiba-tiba nikah 5 atau 10 tahun
lagi gimana? Makin parah kan keadannya? Udah umur tambah tua, trus gak
punya investasi pula. Ditambah predikat anak kost abadi. Nggak buanget
deh. Sebelum hal itu terjadi, gue atasi sejak dini. Urusan menikah itu
nanti itu urusan Allah (Bukannya gue nggak mikirin), yang penting
bagaimana sekarang, yang penting apa yang bisa usahakan sekarang. Toh
katanya kalau menikah itu kan harta milik bersama. Kalau gue udah punya rumah,
nanti bisa investasi yang lain lagi bersama Mr. Husband.
Walau belum bisa disebut sebagai impian, tapi gue bangun ini dengan hasil keringat yang bercucuran.
Nguli kaleeee.....).
Yang gue sebut impian, kalau rumah ini bisa gue huni bersama Dia my dream husband dan Benji anak gue.
Amin.....
Nguli kaleeee.....).
Yang gue sebut impian, kalau rumah ini bisa gue huni bersama Dia my dream husband dan Benji anak gue.
Amin.....
